Hans zimer

Free Music Sites
Free Music Online

free music at soundcloud

Rabu, 08 Mei 2024

Meruntuhkan Atheisme

Sejauh yang kami tahu tentang paham atheis ialah rancunya metode yang mereka gunakan dalam menginterpretasikan objek yang mereka bidik dan mereka kaji. Mereka menggunakan metode empirik untuk menafsirkan wujud metafisis. Menggunakan mikroskop untuk meneliti jin dan iblis. Ini omong kosong! Mereka menggunakan sains untuk meneliti Tuhan, padahal objek yang sedang kita bahas merupakan wujud metafisik yang melampaui fisik dan tak berjisim. Ada fakta dari kenyataan yang mengecewakan untuk para pengkaji sains yang harus mereka terima dengan lapang dada, yakni; Tuhan dan sains takkan pernah dapat berdamai dan mengerucut ke satu titik, di mana sains berusaha menjelaskan Tuhan dengan bukti bukti ilmiah. Karena Tuhan pun memiliki sisi transenden yang tak dapat kita validasi dengan bukti ilmiah. Karena sifat khas dari fakultas keilmuan metafisika ini bersifat spekulatif. Meskipun begitu, argumen tentang keberadaan Tuhan sangatlah meyakinkan dan sulit walau hanya untuk sekedar meragukan dan meruntuhkan konsep konsepnya yang koheren dengan scripture dan nalar ini. Hingga sampai suatu saat kebenaran akan konsep dan rekonstruksi ketuhanan dapat tervalidasi di yaumul akhir. Namun Tuhan dapat berdamai dengan pengetahuan yang bersifat apriori. Karena pengetahuan ini menganggap dan menempatkan Tuhan sesuai dengan tempat yang seharusnya untuk diselidiki, yakni dengan metode metafisik. Seluas apa pun wujud Tuhan, tetaplah makhluk dikaruniai daya intelek untuk mengetahuinya dan mengikatnya dengan kaidah kaidah berfikir dan hukum hukum yang makhluk miliki, sebagai dampak dari tajalinya. Meskipun pengetahuan yang makhluk miliki sangat sedikit tentang Tuhan. Bahkan saking sedikitnya dapat dikatakan bahwa makhluk tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang Tuhan. Pertanyaan seputar "mengapa Tuhan memilih menjadi gaib dan tak terlihat?", "mengapa Tuhan terkadang bersifat tak adil dalam realitas?", dan "mengapa harus ada ketimpangan sosial di lingkungan masyarakat?", itu semua merupakan pertanyaan pertanyaan yang tak memiliki bobot metafisis yang tak perlu dijawab atau pun digubris dan dipusingkan, karena setiap pertanyaan akan selalu ada dalam kenyataan dan tak pernah dapat dibendung oleh nalar siapa pun, dan pertanyaan pun tak pernah ada habisnya. Dan itu adalah wajar. Setidaknya begitulah yang dikatakan Imanuel Kant dalam karyanya yang berjudul "Critique of pure reason" Seperti yang Aristoteles katakan, bahwa "Tuhan tidak mungkin memikirkan hal hal yang remeh. Ia hanya memikirkan hal hal yang penting, sementara yang terpenting dalam realitas adalah diri-Nya sendiri. Itu berarti Tuhan Adalah akal yang memikirkan diri-Nya sendiri." Sikap seperti inilah yang seharusnya ditiru oleh para pengkaji burhani. Meskipun Tuhan Aristoteles tersebut menyimpang dari ajaran Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar