Hans zimer

Free Music Sites
Free Music Online

free music at soundcloud

Minggu, 23 April 2017

Guide





Masih terngiang dalam fikiran kita tentang tidak sedikitnya dan tidak jarangnya kita temui beberapa individu di Eropa dan negeri-negeri barat yang mayoritas menganut agama Nasharan (Nasrani) namun bersikap seperti orang yang kekurangan asupan protein, mereka berpendapat bahwa agama islam adalah agama yang identik dengan terorisme, karena teroris di zaman modern mengaku dan menganggap perbuatannya sebagai tindakan jihad untuk menentang golongan kapital yang dianggap merugikan dunia islam, sebagai akibatnya islam yang mengajarkan norma dan akhlakul karimah pun terkena getahnya akibat ulah teroris yang membawa nama islam. Dalam menghadapi tudingan seperti itu kami berusaha untuk bertanya kepada mereka, dan yang menjadi pertanyaan kami adalah, di mana letaknya kearifan nasrani Eropa jika di telisik dari sejarahnya? Di manakah umat nasrani ketika terjadi pembantaian masal di Jerusalem dalam perang salib? Di mana tepatnya posisi umat nasrani Mongol ketika membumi hanguskan kota Bagdad sebagai cahaya dunia yang menyimpan banyak khasanah ilmu pengetahuan yang dapat dibilang mapan dan maju pada zamannya yang tidak lagi dapat diwariskan dan dibanggakan oleh umat muslim sedunia di masa kini? Siapa yang bertanggung jawab atas penjajahan di dunia timur dan Afrika? Dan siapa yang mengantarkan para nasrani Eropa keluar dari zaman kegelapan menuju zaman Renaissance (pencerahan) yang menjadikan mereka bangsa yang modern dan makmur sampai sekarang? Dan kini sebagian nasrani Eropa dan barat mengatakan bahwa islam adalah agama pedang yang menghendaki adanya terorisme? Apa mereka tidak memiliki cermin untuk melihat keseluruhan moyangnya di masa lalu yang tampak seperti barbar yang haus darah (terutama orang frank)? Memang agama nasrani tidak mengajarkan para penganutnya untuk berisikap dan berprilaku seperti yang kami jelaskan di atas, karena dengan logika analogi kami dapat mengethui bahwa seluruh agama jika diperhatikan dari ajarannya mereka dapat menjadi plural yang berarti semua agama mengajarkan kebaikan, namun pluralitas tetap tidak dapat diterapkan dan ditoleransi ketika menyinggung tentang teoligi ketuhanan masing-masing agama. Lalu siapakah yang salah atas tragedi dan anggapan buruk di atas? Sejauh yang kami ketahui, yang bertanggung jawab atas permasalahan di atas adalah individu-individu itu sendiri yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang agama lain tapi sudah mampu melepeh dan memuntahkan anggapan-anggapan yang tidak menyeluruh yang sebenarnya tidak diajarkan oleh agamanya, namun ada pun yang menolak dan tidak menerapkan apa yang diajarkan oleh agamanya seperti menjajah, membantai, merampok ilmu pengetahuan (Andalusia), dll. Apakah agama nasrani mengajarkan umatnya untuk menjajah, membantai, dan apa pun yang berkaitan dengan intoleransi? Jawabannya tentu saja tidak! Bahkan Yesus sendiri, seperti yang diyakini oleh orang nasrani pernah mengajarkan “jika pipi kananmu ditampar oleh orang lain, maka berilah pipi kirimu”. Memang di bumi bagian timur nasrani datang melalui penjajahan sedangkan islam datang melalui perdagangan, namun sikap dan perilaku penjajah tersebut yang menyebarkan ajaran nasrani tidak mencerminkan agamanya yang melarang adanya penjajahan dan keserakahan, jadi, mereka yang meyakini agamanya namun mereka pula yang melanggar ajaran-ajaran agamanya, seperti keserakahan contohnya. Tidak jarang tokoh-tokoh barat menjalani hidup yang tidak mencerminkan agamanya, meskipun dalam islam juga memiliki orang-orang yang tidak mencerminkan agamanya, bahkan agama Budha pun tidak lepas dari anggapan miring masyarakat ketika terjadi pembantaian Rohingya. Jadi, dari penjelasan singkat kami ini, kami berharap para pembaca muslim yang mengetahui sejarah kebudayaan islam mampu melihat orang-orang yang sok tahu dari kalangan nasrani seperti di Eropa dan negeri-negri barat yang sedang memakan umpan dan terpancing untuk menemukan bumerangnya sendiri dalam bentuk fakta historis yang bahkan sulit untuk mereka tangkap dan menjadi masalah dan dilemma untuk dirinya sendiri atau mungkin bahkan membuat malu agamanya sendiri, atau dengan kata lain “senjata makan tuan” atau “mulutmu harimaumu”, sebab buku-buku sejarah akan menampar mereka dan membongkar kebodohan orang-orang tersebut yang dengan sengaja berusaha menyinggung perasaan umat muslim melalui su’udzon dan fikiran negative mereka terhadap umat muslim di mana orang-orang barat tidak bisa lari dari masa lalunya yang identik dengan Barbar yang tidak tahu terima kasih dan balas budi dengan banyaknya orientalis yang membawa Eropa keluar dari abad kegelapan. Sebagai seorang muslim, siapa pun anda berhak untuk bangga terhadap agamanya sendiri karena memiliki masalalu yang indah di sana, bahkan mampu mengantarkan agama lain untuk keluar dari masa-masa kegelapannya. Dan tugas kitalah sebagai muslim dan muslimah untuk mengembalikan masa-masa keemasan itu untuk kembali ke pangkuan islam yang satu dan jaya, dimana tidak ada kecurigaan dan sengketa antara Syi’ah dan Ahlussunah, muslim dan non-muslim, di mana serigala dan kambing, domba dan rumput dapat saling hidup berdampingan dan rukun tanpa adanya sebuah pihak yang dirugikan dan bersama bertasbih kepadanya dengan caranya masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar