Masih terngiang dalam fikiran kita tentang tidak sedikitnya dan
tidak jarangnya kita temui beberapa individu di Eropa dan negeri-negeri barat yang
mayoritas menganut agama Nasharan (Nasrani) namun bersikap seperti orang yang kekurangan
asupan protein, mereka berpendapat bahwa agama islam adalah agama yang identik
dengan terorisme, karena teroris di zaman modern mengaku dan menganggap
perbuatannya sebagai tindakan jihad untuk menentang golongan kapital yang
dianggap merugikan dunia islam, sebagai akibatnya islam yang mengajarkan norma
dan akhlakul karimah pun terkena getahnya akibat ulah teroris yang membawa nama
islam. Dalam menghadapi tudingan seperti itu kami berusaha untuk bertanya
kepada mereka, dan yang menjadi pertanyaan kami adalah, di mana letaknya
kearifan nasrani Eropa jika di telisik dari sejarahnya? Di manakah umat nasrani
ketika terjadi pembantaian masal di Jerusalem dalam perang salib? Di mana
tepatnya posisi umat nasrani Mongol ketika membumi hanguskan kota Bagdad
sebagai cahaya dunia yang menyimpan banyak khasanah ilmu pengetahuan yang dapat
dibilang mapan dan maju pada zamannya yang tidak lagi dapat diwariskan dan
dibanggakan oleh umat muslim sedunia di masa kini? Siapa yang bertanggung jawab
atas penjajahan di dunia timur dan Afrika? Dan siapa yang mengantarkan para
nasrani Eropa keluar dari zaman kegelapan menuju zaman Renaissance (pencerahan)
yang menjadikan mereka bangsa yang modern dan makmur sampai sekarang? Dan kini
sebagian nasrani Eropa dan barat mengatakan bahwa islam adalah agama pedang yang
menghendaki adanya terorisme? Apa mereka tidak memiliki cermin untuk melihat
keseluruhan moyangnya di masa lalu yang tampak seperti barbar yang haus darah (terutama orang frank)?
Memang agama nasrani tidak mengajarkan para penganutnya untuk berisikap dan
berprilaku seperti yang kami jelaskan di atas, karena dengan logika analogi kami
dapat mengethui bahwa seluruh agama jika diperhatikan dari ajarannya mereka
dapat menjadi plural yang berarti semua agama mengajarkan kebaikan, namun
pluralitas tetap tidak dapat diterapkan dan ditoleransi ketika menyinggung
tentang teoligi ketuhanan masing-masing agama. Lalu siapakah yang salah atas tragedi
dan anggapan buruk di atas? Sejauh yang kami ketahui, yang bertanggung jawab
atas permasalahan di atas adalah individu-individu itu sendiri yang tidak
memiliki pengetahuan yang cukup tentang agama lain tapi sudah mampu melepeh dan
memuntahkan anggapan-anggapan yang tidak menyeluruh yang sebenarnya tidak
diajarkan oleh agamanya, namun ada pun yang menolak dan tidak menerapkan apa
yang diajarkan oleh agamanya seperti menjajah, membantai, merampok ilmu
pengetahuan (Andalusia), dll. Apakah agama nasrani mengajarkan umatnya untuk menjajah,
membantai, dan apa pun yang berkaitan dengan intoleransi? Jawabannya tentu saja
tidak! Bahkan Yesus sendiri, seperti yang diyakini oleh orang nasrani pernah
mengajarkan “jika pipi kananmu ditampar oleh orang lain, maka berilah pipi
kirimu”. Memang di bumi bagian timur nasrani datang melalui penjajahan
sedangkan islam datang melalui perdagangan, namun sikap dan perilaku penjajah
tersebut yang menyebarkan ajaran nasrani tidak mencerminkan agamanya yang
melarang adanya penjajahan dan keserakahan, jadi, mereka yang meyakini agamanya
namun mereka pula yang melanggar ajaran-ajaran agamanya, seperti keserakahan contohnya. Tidak jarang tokoh-tokoh barat menjalani hidup yang tidak mencerminkan agamanya,
meskipun dalam islam juga memiliki orang-orang yang tidak mencerminkan
agamanya, bahkan agama Budha pun tidak lepas dari anggapan miring masyarakat ketika
terjadi pembantaian Rohingya. Jadi, dari penjelasan singkat kami ini, kami berharap
para pembaca muslim yang mengetahui sejarah kebudayaan islam mampu melihat
orang-orang yang sok tahu dari kalangan nasrani seperti di Eropa dan
negeri-negri barat yang sedang memakan umpan dan terpancing untuk menemukan
bumerangnya sendiri dalam bentuk fakta historis yang bahkan sulit untuk mereka
tangkap dan menjadi masalah dan dilemma untuk dirinya sendiri atau mungkin
bahkan membuat malu agamanya sendiri, atau dengan kata lain “senjata makan
tuan” atau “mulutmu harimaumu”, sebab buku-buku sejarah akan menampar mereka
dan membongkar kebodohan orang-orang tersebut yang dengan sengaja berusaha
menyinggung perasaan umat muslim melalui su’udzon dan fikiran negative mereka
terhadap umat muslim di mana orang-orang barat tidak bisa lari dari masa lalunya
yang identik dengan Barbar yang tidak tahu terima kasih dan balas budi dengan banyaknya orientalis yang membawa Eropa keluar dari abad kegelapan. Sebagai
seorang muslim, siapa pun anda berhak untuk bangga terhadap agamanya sendiri
karena memiliki masalalu yang indah di sana, bahkan mampu mengantarkan agama
lain untuk keluar dari masa-masa kegelapannya. Dan tugas kitalah sebagai muslim
dan muslimah untuk mengembalikan masa-masa keemasan itu untuk kembali ke
pangkuan islam yang satu dan jaya, dimana tidak ada kecurigaan dan sengketa
antara Syi’ah dan Ahlussunah, muslim dan non-muslim, di mana serigala dan kambing, domba dan rumput dapat saling hidup berdampingan dan rukun tanpa adanya sebuah pihak yang dirugikan dan bersama bertasbih kepadanya dengan caranya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar